BEGINI.ID - Pandemi COVID-19 masih mencederai industri fashion lokal dan salah satu label fashion tanah air yang terkena dampak adalah Cotton Ink. Memasuki paruh kedua tahun 2021, nyatanya tren penjualan justru belum terasa positif bila dibandingkan dengan tahun 2020. Seperti diakui oleh Ria Sarwono selaku Co-founder sekaligus Brand & Marketing Director dari Cotton Ink.
"Untuk Cotton Ink sendiri performa bisnis kami di tahun 2021 kurang oke dibanding tahun 2020. Karena mungkin di tahun 2020 orang masih optimis bahwa pandemi ini akan segera berakhir. Dan ketika 2020 berakhir ternyata kan masih 'abu-abu'. Lalu ditandai dengan beragam kebijakan pemerintah seperti misalnya PPKM mungkin malah membuat mental masyarakat menjadi down lagi. Dari kami merasa ini adalah faktor yang berkontribusi mengapa daya beli masyarakat ini sekarang turun," ujar Ria ketika dihubungi oleh Beautynesia (12/8).
Adaptasi dan Tantangan Terberat
Ria Sarwono dan Carline Darjanto pendiri Cotton Ink/ Foto: Zaky Akbar/Wolipop |
Kini selain perubahan gaya hidup konsumen yang berpengaruh pada penjualan, salah dua tantangan terberat lain yang dihadapi Cotton Ink selama pandemi adalah penyesuaian dengan sistem Work From Home (WFH) di mana komunikasi internal menjadi cukup tersendat.
Koleksi Cotton Ink di JFW 2021/ Foto: dok. JFW 2021 |
Serta dengan adanya kebijakan pemerintah seperti PSBB dan PPKM yang mengharuskan mal untuk tutup. "Itu benar-benar berat buat kita. I don't know, mungkin kalau luxury brand masih bisa bertahan, selain karena harganya mahal dan konsumen yang tadinya punya budget untuk berlibur jadi mereka alokasikan untuk misalnya membeli tas dari luxury brand. Tapi untuk local brands, I guess, kita sangat terdampak sih dalam keadaan ini. Karena misal, pendapatan kita sebulan 50 juta sekarang kalau ada PPKM pendapatan bisa hanya 10 juta perbulan. Kalau begini terus, dengan sales misalnya cuman seperlima dari biasanya, bagaimana kami bisa bertahan dan menggaji karyawan?".
Ria juga tak mau sesumbar ketika ditanya mengenai rencana ke depan. Dengan keadaan seperti sekarang ini, Cotton Ink juga terpaksa menahan rencana ekspansi dan lebih berfokus untuk menjaga cash flow. "Cotton Ink kan self funded company ya, jadi sumber dana pun dari uang kami sendiri bukan investor. Kalau pun sampai kami harus melakukan downsize perusahaan agar tetap bertahan, mungkin akan terpaksa kami lakukan. Dan yang terakhir tentunya berdoa agar keadaan lebih cepat stabil dan orang-orang juga kembali bersemangat dalam menghadapi pandemi ini,".
Secercah Harapan dan Inovasi
Koleksi Cotton Ink Gaia/ Foto: Cotton Ink |
Dalam hal strategi bisnis, menjalin komunikasi dengan konsumen khususnya dengan berinvestasi lebih untuk menyasar mereka yang berada di luar Jakarta juga turut menjadi fokus Cotton Ink. "Meski awalnya online store kami memang bertujuan untuk hal tersebut, namun harus diakui persentase terbesar masih datang dari Jakarta. Selain itu organic growth sangat penting. Bisa menjalin komunikasi secara langsung dengan konsumen seperti misalnya sesi instagram Live adalah sebuah kesempatan berharga," terang Ria.
Selain pembelajaran dalam hal bisnis, pandemi ini juga ternyata membuka peluang inovasi bagi Cotton Ink. Di mana meluncurkan lini baru bernama Gaia yang berfokus pada sustainability dengan menggunakan material ramah lingkungan. "Walaupun dalam keadaan yang nggak ideal ini, kita berusaha sebisa mungkin untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Pandemi ini membuat kita tersadar bahwa bisnis bukan hanya tentang uang tapi juga tentang responsibility to others,".