The Hierarchy of Disagreement: 7 Tingkatan Cara Berargumentasi dengan Orang Lain

 The Hierarchy of Disagreement: 7 Tingkatan Cara Berargumentasi dengan Orang Lain

BEGINI.ID - Kamu pastinya pernah kan berselisih pendapat dengan seseorang? Atau kamu pernah melihat orang beradu argumen di internet karena berbeda pandangan? Dalam kehidupan sehari-hari, berbeda pendapat adalah suatu hal yang lumrah kok. Namun, sayangnya terkadang beberapa orang gak sadar bahwa mereka melontarkan argumen yang kurang berkualitas dan malah cenderung menyerang si pembuat argumen bukan argumennya sendiri. Nah, di bawah ini adalah 7 tingkatan pertentangan argumen dalam The Hierarchy of Disagreement.

DH0. Name Calling

level terendah saat berargumen
Name Calling / Freepik.com

Level ini berada di posisi paling bawah dan yang paling gak berkualitas saat kamu menanggapi pernyataan argumentatif seseorang terhadap sesuatu. Menyerang si pembuat argumen dengan hinaan atau cacian bukan fokus kepada argumennya sendiri. Seperti “halah banyak omong”, “si yang paling pinter”.

DH1. Ad Hominem

level terendah ke dua saat berargumen
Ad hominem / freepik.com

Level ini menyerang pada otoritas pembuat argumen, seakan-akan argumennya gak valid dan dipertanyakan karena latar belakang pembuat argumen itu sendiri. Contoh argumen dari ad hominem ini adalah, “orang kaya mana ngerti permasalahan orang miskin”, “anak kecil tau apa sih tentang permasalahan kaya gini?”.

DH2. Responding to The Tone

level ke tiga dalam berargumen
Respond to the tone / freepik.com

Nada yang digunakan si pembuat argumen menjadi permasalahan lawan, padahal yang terpenting adalah isi dari argumen itu sendiri bukan nadanya. Misalnya saja argumen di social media, kita gak tahu persis bagaimana tone si pembuat argumen hanya dengan mengandalkan teks yang kita baca. Contohnya “tweet lo itu bukan pertanyaan, tapi menghakimi”.

DH3. Contradiction

memberikan argumen kontradiksi di level ke 4
Contradiction / freepik.com

Contradiction atau argumen kontra adalah ketika kamu mampu membalas argumen lawan yang gak kamu setujui. Sayangnya, kamu gak bisa memberikan bukti kuat untuk mendukung argumen kamu sendiri. Contohnya “aku ga setuju kalo uang bukan hambatan buat kuliah, liat aja banyak kok yang gabisa kuliah karena biaya” 


DH4. Counterargument

memberikan bukti pendukung
Counterargument / freepik.com

Nah, pada level ini kamu mampu untuk membalas argumen lawan dengan memberikan bukti yang mendukung argumen kamu sendiri. Contohnya, dari pada kamu hanya bilang “seharusnya orang-orang berhenti merokok karena itu gak baik”, kamu harus menyertakan penyebab kenapa merokok itu gak baik dan apa dampaknya bagi kesehatan.

DH5. Refutation

menunjukkan lawan bahwa argumennya salah
Refutation / freepik.com

Refutation adalah ketika kamu mampu  menunjukkan kesalahan lawan, dengan cara mengambil poin argumen yang dilontarkannya, lalu kamu melawannya dengan menunjukkan kenapa argumennya itu gak tepat disertai dengan bukti pendukung dan etika yang baik. Namun, meskipun sanggahanmu solid, sanggahanmu masih rentan untuk dilawan.

DH6. Refuting The Central Point 

memberikan argumen tak terpatahkan merupakan level tertinggi
Refuting the Central Point / freepik.com

 

Bagian ini adalah level tertinggi saat kamu berargumen dengan orang lain. Refuting the central point adalah bentuk ketidaksetujuan yang paling meyakinkan. Di sini kamu mengidentifikasi poin utama yang dibuat lawan dan menghancurkannya. Perbedaannya dengan DH5 (Refutation) adalah gak ada ruang untuk dilawan, atau mutlak.

Lebih baru Lebih lama