Hati-hati, Ini 5 Kebiasaan Fatal Investor Pemula yang Rawan Bikin Boncos

 Hati-hati, Ini 5 Kebiasaan Fatal Investor Pemula yang Rawan Bikin Boncos

BEGINI.ID -Belakangan ini semakin banyak bertebaran akun media sosial yang memberikan informasi mengenai pentingnya investasi. Hal ini membuat banyak anak muda semangat untuk berinvestasi sesegera mungkin. Namun ada kalanya antusiasme tersebut, membuat investor pemula gagal atau boncos sebelum mendapatkan cuan.

Berikut beautynesia.id telah merangkum 5 kebiasaan fatal investor pemula yang rawan bikin boncos saat investasi saham:

Impulsif dalam Investasi

Impulsif
Impulsif/pexels.com

Perilaku impulsif juga termasuk kebiasaan buruk yang sering dilakukan investor pemula. Hal ini ditandai dengan perilaku ikut-ikutan tanpa pikir panjang. Misalnya memborong saham yang direkomendasikan artis tertentu, jual atau beli saham bersamaan dengan teman, dan lainnya.

Padahal, hal tersebut bisa jadi merupakan fenomena pom-pom, yakni peristiwa saat suatu saham dipompa agar harganya melejit oleh individu atau kelompok tertentu. Saat harga sudah menguat, oknum tersebut akan menjual saham miliknya. Alhasil para pengikutnya mengalami kerugian yang besar.

Tidak Ingin Uang Berkurang

Takut uang berkurang
Takut uang berkurang/pexels.com

Masalah selanjutnya adalah ketakutan uang berkurang. Padahal investasi saham pasti memiliki risiko. Bahkan risiko investasi saham cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan investasi emas, deposito, ataupun reksadana. Meski begitu, mereka yang takut rugi biasanya ingin untung besar. Padahal untung besar selalu diikuti dengan risiko yang tinggi pula.

Oleh sebab itu jika memutuskan untuk investasi saham, maka kamu harus ‘memasrahkan’ uangmu. Tunggu hingga 3-5 tahun ke depan, baru kamu bisa menikmati hasilnya. Jangan gelisah jika baru investasi, kamu mengalami kerugian. Sebab hal itu merupakan konsekuensi wajar saat investasi saham.


Fokus ke Jangka Pendek

Fokus ke jangka pendek
Fokus ke jangka pendek/pexels.com

Kesalahan investor pemula selanjutnya adalah fokus ke jangka pendek. Mereka menginginkan keuntungan di waktu dekat. Bahkan ada yang baru investasi satu bulan, tetapi sudah menginginkan keuntungan besar. Padalah investasi umumnya bisa meraup keuntungan secara maksimal dalam jangka panjang. Apalagi untuk investasi saham. Berbeda halnya dengan investasi di reksadana pasar uang yang cenderung bagus untuk investasi jangka pendek.

Terjebak Saham Murah

Terjebak saham murah
Terjebak saham murah/pexels.com

Kesalahan investor pemula selanjutnya adalah terjebak saham murah. Mereka cenderung lebih memilih saham seharga 500-an rupiah agar bisa mendapatkan jumlah lot saham yang banyak. Mereka mengabaikan saham seharga 5000-an rupiah padahal memiliki fundamental perusahaan yang bagus.

Jika dibandingkan diantara keduanya, tentu saham seharga 5000-an lebih menjanjikan dibandingkan saham seharga 500-an tapi tidak jelas fundamental perusahaannya. Selain itu, saham dengan harga murah, biasanya tidak terlalu likuid. Sehingga susah untuk menjualnya kembali.

Tidak memahami Timing Tepat untuk Beli dan Jual

Tidak memahami timing yang tepat
Tidak memahami timing yang tepat/pexels.com

Kesalahan terakhir adalah investor pemula tidak memahami timing yang tepat untuk membeli dan menjual saham. Saat nilai saham menurun, mereka takut membeli karena khawatir rugi. Sementara saat nilai saham naik mereka malah beramai-ramai memborong saham tersebut.

Memang hal itu tidak sepenuhnya salah, tetapi alangkah lebih baiknya memilih timing saat harga saham anjlok. Karena pada saat itu harga saham sedang murah-murahnya. Namun tetap ingat untuk memilih saham perusahaan yang memang kredibel dan bagus. Jadi di masa depan, nilai saham cenderung akan naik.

Lebih baru Lebih lama